koding

Selamat Datang di Laman Situs Hindu- Budha Kawasan Sumatera, Madura, dan Kalimantan Republik Indonesia. Selamat Menambah ilmu. Lestarikan Cagar Budaya Kita ! Sadarkan Masyarakat Kita ! UU No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR:PM.49/UM.001/MKP/2009 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DAN SITUS.

Jumat, 13 April 2012

KOMPLEKS CANDI / BIARO SI PAMUTUNG

PROVINSI SUMATERA UTARA
Kabupaten Padang Lawas 

          Kompleks Candi Sipamutung berada Desa Siparau, Kecamatan Barumun Tengah tepatnya pada persimpangan Sungai Batang Pane dengan Sungai Barumun, berdiri di atas areal dataran tinggi dengan lingkungan alam yang tampak gersang. Luas lahan percandian 6000 m2, dan luas bangunan 3480 m2. Kompleks Candi Sipamutung dikelilingi oleh tembok bata yang berfungsi sebagai pagar , di sisi timur terdapat gapura atau gerbang dengan ukuran 74 x 74 m. Di dalamnya terdapat sebuah Candi Induk dan enam buah Perwara serta 6 candi atau biaro kecil. Terdapat juga artefak-artefak dilokasi ini antara lain Bhairawa-Bhairawa menggunakan batuan tufa.
a) Biaro Induk      
              Biaro induk terbuat dari bata menghadap ke timur dengan denah bujur sangkar
berukuran 11 X 11 meter serta tinggi 13 meter. Secara vertikal profil biaro terdiri atas batur, kaki, badan, dan atap biaro. Batur tingginya 2,25 meter, kaki biaro tinggi 1,25 m. Terdapat tangga naik pada penampil di sisi timur. Profil yang terlihat pada kaki biaro adalah persegi empat dan sisi genta. Tubuh biaro berbentuk persegi empat dengan pintu masuk di sisi timur, Kumai bawah dan atas biaro berupa birai rata (patta). Pada bilik biaro tidak dijumpai arca. Atap biaro berbentuk segi empat bertingkat tiga. Pada bentuk aslinya tingkat paling bawah di setiap sisinya dihiasi 5 stupa, pada tingkat kedua di setiap sisi dihiasi 4 stupa, dan pada tingkat paling atas berupa satu stupa yang lebih besar dari pada stupa-stupa di bawahnya. Namun karena kerusakan yang dialami maka atap biaro ini hanya tinggal 7 fragmen stupa saja, yaitu pada atap sisi utara. Sedangkan kemuncak atap sudah tidak ada.
Denah kompleks Biaro Si Pamutung (Sumber: Balar Medan)
b) Biaro Perwara A
          Biaro Perwara A terletak 4 meter ke arah timur dari biaro Induk. Bangunan ini berdenah segi empat dengan ukuran 10,25 X 9,90 meter, tinggi 1,15 meter. Bangunan tersebut terbuat dari bata yang berbentuk batur pendopo (mandapa).
c) Biaro Perwara B
           Biaro Perwara B terletak 5 meter ke arah utara dari Biaro Induk, terbuat dari batu pasir (sandstone), berdenah segi empat, dan mempunyai tangga masuk pada keempat sisinya. Biaro perwara B berukuran 11,60 X 10,60 meter, dengan tinggi 2,10 meter, berupa bagian "kaki" biaro yang terlihat jelas profil kumai bawah yang sangat mirip dengan profil candi Jawa Tengah.
Kumai bawah terdiri dari birai rata (patta), birai padma dan birai setengah lingkaran (kumuda) (Suleiman 1976: 20). terdapat umpak-umpak penyangga tiang yang berderet di setiap sisi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tiang bangunan menggunakan kayu dan atap bangunan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama. Di bagian atas biaro tersebut terdapat arca singa yang nampaknya tidak insitu, karena arca singa biasanya terletak di kanan kiri pintu sebagai penjaga. 
d) Biaro Perwara C
             Biaro Perwara C terletak di selatan Biaro Induk, terbuat dari bata yang berbentuk kaki biaro. Biaro tersebut mempunyai tangga naik di sebelah timur dengan 7 anak tangga dan di bagian atasnya terdapat semacam altar dari bata berbentuk curciform (bentuk curciform merupakan pengolahan lebih lanjut dari segi empat menjadi 16 sudut). Pada kaki (kumai bawah) biaro tersebut dihiasi birai padma dan birai rata (patta).
e) Biaro Perwara D
              Biaro Perwara D terletak di selatan Biaro Perwara C, terbuat dari bata, berupa bagian kaki biaro. Biaro tersebut mempunyai tangga naik di sebelah timur dengan 8 anak tangga dan di bagian atasnya terdapat semacam altar dari bata berbentuk curciform. Pada kaki biaro tersebut (kumai bawah) dihiasi birai padma, birai setengah lingkaran (kumuda) dan birai rata (patta).


 Biaro Perwara C dan D
f) Biaro Perwara E
         Biaro Perwara E terletak 12 meter ke arah timur laut dari biaro induk, terbuat dari batupasir (sandstone), berdenah bujur sangkar dengan ukuran sisi-sisi 6 meter, tinggi bagian dasar 20 cm, sedangkan bagian atas berupa tanah lempung padat dengan tinggi sekitar 35 cm. Biaro perwara E juga berbentuk mandapa.
g) Biaro Perwara F
              Biaro Perwara F terletak di sebelah tenggara biaro induk, terbuat dari bata berbentuk mandapa setinggi 1 meter, dengan dua tangga berada di timur dan barat.
h) Gapura dan Pagar keliling
               Gapura biaro berada di sisi timur, hanya tersisa setinggi 1 meter sehingga tidak 
diketahui apakah gapura ini semula berbentuk paduraksa atau candi bentar. Pagar keliling mengelilingi sisi selatan, barat, utara, dan timur biaro, terbuat dari bata dengan lebar 1 meter dan tinggi 50 cm.
i) Makara di sebelah kiri pipi tangga biaro induk
           Makara berada di bagian bawah sebelah kiri pipi tangga biaro induk, berukuran panjang dari depan ke belakang 102 cm, bagian depan lebar 48 cm, tinggi 84 cm; bagian belakang lebar 65 cm, tinggi 48 cm. Di bagian belakang terdapat batu menonjol sebagai pasak untuk menyatukan makara dengan bangunan biaro, panjang pasak 30 cm. Kondisi makara berjamur di beberapa bagian, sebagian besar atas kiri pecah demikian juga bagian wajah tokoh yang ada dalam mulut makara. Tampak depan: deretan gigi, di dalam mulut dipahatkan okoh prajurit berdiri. Tokoh prajurit berdiri tegak, bagian muka pecah, tangan kanan ditekuk ke belakang membawa pedang panjang menempel di bahu. Tangan kiri membawa
sesuatu yang tidak jelas karena aus. Mengenakan kain sampai paha berhias pola garis horizontal, wiron sampai telapak kaki. Upawita berbentuk tali polos dua susun, mengenakan kalung berhias pola manik-manik. Tampak belakang: pola hias sulur gelung diisi pola daun bunga. Lapik berhias pola sulur. Tampak samping makara: taring memanjang ke atas sampai di atas mata(mata berada di samping). Pinggiran rahang berbentuk seperti belalai; mata kecil lonjong,
bagian atas panjang melengkung. Di atas mata dan kuping terdapat pola hias sulur; kuping berbentuk agak segi empat, berhias garis lurus, di dua sisi garis melintang. Di bagian pangkal tepian rahang berhias pola sulur; Terdapat tangan mengenakan gelang lengan berbentuk pita berhias untaian manik-manik + simbar bunga dan gelang polos susun tiga.
j) Makara di sebelah kanan pipi tangga biaro induk          Makara berada di bagian bawah sebelah kanan pipi tangga biaro induk, berukuran panjang dari depan ke belakang  92 cm, bagian depan lebar 50 cm, tinggi 100 cm; bagian belakang lebar 70 cm, tinggi 43 cm. Di bagian belakang terdapat batu menonjol sepanjang 31 cm sebagai pasak untuk menyatukan makara dengan bangunan biaro. Makara terbuat dari batu, di beberapa bagian aus, berjamur dan sisi kanan sudah hilang. Di belakang kedua rahang terdapat lengan bercakar yang menyangga rahang, memakai gelang lengan berhiaskan ceplok bunga di bagian tengah, sedangkan gelang di pergelangan berbentuk tali 3 susun. Rahang berbentuk belalai, dengan hiasan sulur-suluran. Di rahang bawah terdapat 2 taring yang sudah patah dan 6 gigi. Rahang kanan atas terdapat 1 taring ke arah bawah, 5 gigi, dan sebuah taring panjang yang mencuat ke atas. Rahang bawah berhiaskan sulur-suluran. Telinga berupa garis-garis vertikal yang membentuk segi empat melebar. Mata berbentuk bulat telur memanjang, alis mata berupa garis-garis vertikal membentuk lengkungan searah dengan garis mata. Dalam mulut makara terdapat tokoh prajurit berdiri tegak, namun bagian kepala sudah hilang sebagian.
k) Fragmen arca penjaga 1

       Berupa arca penjaga terbuat dari batu berdiri tegak di atas lapik dengan kedua tangan di depan perut, tangan kanan memegang gada, tangan kiri di depan perut. Bagian kepala dan kedua telapak tangan arca tersebut sudah hilang. Tinggi arca 130 cm dan lebarnya 56 cm. Kedua tangan, dan kedua kaki memakai gelang dan kelat bahu yang berbentuk ular kobra, upawita juga berbentuk ular kobra. Mengenakan kain dari perut hingga pangkal paha dengan motif ceplok bunga dan geometris. Di bagian depan dan belakang di antara kedua belah kakinya terdapat juntaian kain (uñcal) (Susetyo 1995:12). Arca penjaga tersebut sekarang dalam keadaanterpotong, disimpan di werk-keet Biaro Si Pamutung.

l) Fragmen Arca Penjaga 2
             Arca batu menggambarkan seorang penjaga berdiri di atas lapik dengan posisi kaki kiri lurus dan kaki kanan agak ditekuk. Bagian leher hingga kepalanya terpenggal. Tinggi arca 1,25 meter, lebar 56 cm. Mengenakan kain hingga pangkal paha dengan motif ceplok bunga dan geometris, di antara kedua kakinya terdapat kain yang menjuntai (uñcal). Kedua tangan berada di depan badan tetapi kedua telapak tangannya sudah hilang. Memakai gelang tangan, gelang kaki dan kelat bahu (keyūra) berbentuk ular kobra. Memakai kalung dari untaian manik-manik dan upawita polos Susetyo 1995: 11). Arca tersebut tidak diketahui keberadaannya sekarang.
 m) Fragmen Arca Penjaga 3
    Arca terbuat dari batu, dalam sikap setengah berjongkok, kaki kiri bersimpuh dan lutut kaki kanan ditekuk. Bagian kepala sampai dengan dada telah hilang, tinggi keseluruhan 77 cm, tinggi arca: 52 cm, lebar arca 55 cm, dan tebal arca 41 cm. Kedua lengan masih ada, sikap lengan kanan memegang pangkal tangkai gada menempel di perut, lengan kiri berada di atas paha kiri. Memakai gelang lengan dan gelang kaki dengan hiasan untaian manik. Memakai kain dari pinggang sampai setengah paha dengan motif hias kotak-kotak yang diisi ceplok bunga. Arca tersebut disimpan di werk-keet Si Pamutung.

 n) Fragmen Arca tokoh 1
             Arca terbuat dari batu, bagian kepala sampai dengan leher hilang, bagian pinggang ke bawah hilang, dan bahu bagian kiri patah. Ukuran arca tinggi 31 cm,lebar 43 cm dan tebal 19 cm, mengenakan kalung berbentuk lembaran melebar dengan hiasan ceplok bunga di bagian tengah. Memakai upawita yang tersampir di bahu kiri, berbentuk tiga susun tali. Memakai gelang lengan berbentuk 2 susun tali, dan di bagian tengah terdapat hiasan wajah/ kepala kala. Arca tersebut berada di werk-keet Biaro Si Pamutung.

o) Lapik arca berhias singa
            Lapik arca dari batu berbentuk segi empat agak membulat pada masing masing
sisinya dihias dua figur singa yang saling bertolak belakang, sehingga jika dalam keadaan utuh terdapat 8 figur singa yang mengelilingi lapik tersebut. Di bagian permukaan lapik terdapat lubang berbentuk segi empat dengan ukuran 9 X 9 cm dan kedalaman 41 cm. Tinggi lapik 41 cm dengan diameter bagian atas lapik 57 cm. Schnitger menyebutkan adanya fragmen arca raksasa dan raksasi sebagai Bhairawa dan Bhairawi di Biaro Si Pamutung. Arca tersebut berada di atas lapik yang bagian pinggirnya berhias 8 singa (Schnitger 1937: gambar XXVIII).
  

p) Arca Amitābha
    Arca Amitābha dari perunggu ditemukan pada waktu penggalian di dekat biaro induk Si Pamutung oleh Schnitger tahun 1936 (Mulia 1980: 12). Menurut Schnitger (1937) arca tersebut merupakan koleksi A. Van Doorninck, dan sekarang disimpan di Museum of the Tropical Institute, Amsterdam. Arca Amitābha berukuran tinggi 12,5 cm, sikap duduk paryańkasana, yaitu kedua kaki bersila. Sedangkan tangannya dalam sikap dhyānimūdra (bersemedi). Bentuk wajahnya digambarkan bulat dengan rambut keriting kecil-kecl. Usnīsa tampak menjulang di kepalanya. Daun telinganya digambarkan panjang. Kedua matanya tampak agak dipejamkan dalam sikap semedi. Digambarkan memakai jubah yang tipis
menutupi bagian pundak sebelah kiri. Pada pundak sebelah kiri tampak seperti selendang yang mengarah ke bagian perut Arca Amitābha diperkirakan berasal dari Srilangka, dari abad ke-10 Masehi Ciri yang khas dari arca ini adalah usnīsa -nya diganti dengan bentuk lidah api (Susetyo, dkk 2009: 43). Dalam pantheon Buddha, Amitābha merupakan salah satu Dhyānibuddha dengan sikap tangan Dhyānimudra, berkedudukan dan menghadap ke barat. Dhyanibuddha adalah nama umum Buddha dalam meditasi. Ia adalah emanasi dari Adibuddha dan umumnya terdiri dari 5 yang merupakan satu kelompok,kelimanya merepresentasikan 5 elemen kosmis. Kelima Dhyanibuddha tersebut disebut Paňcatathāgatha yang merupakan inti ajaran Tantrāyana. (Magetsari 1997:367).
 q) Arca Singa 1
            Arca Singa 1 dari batu dalam posisi berdiri di atas lapik setebal 5 cm dengan posisi kaki depan lurus sedangkan kaki belakang ditekuk ke depan. Ukuran arca singa bagian depan tinggi 92, lebar 44 cm; bagian belakang tinggi 39 cm, lebar 48 cm, adapun panjangnya 76 cm. Kepala arca sebagian pecah, aus, berlumut; mulut terbuka, gigi kelihatan, bertaring, lidah sedikit keluar; mata bulat melotot. Di bawah dagu terdapat surai dalam bentuk garis lurus dan ujungnya melengkung, surai juga terdapat di kepala bagian belakang memanjang hingga punggung. Di antara kaki terdapat bandul kalung (?) berupa tali. Pantat besar, ekor ke atas sampai punggung.
r) Arca Singa 2
               Arca Singa 2 terbuat dari batu, terdapat di atas biaro perwara B. Ukuran arca singa bagian depan tinggi 54 cm lebar 40 cm; bagian belakang tinggi 39 cm, lebar 46 cm, adapun panjang 80 cm. Arca singa dalam keadaan aus, berjamur, dan bagian kepala sampai dengan leher hilang.  Bagian dada terdapat surai, di bagian bawah perut di antara kedua kaki depan
terdapat singa kecil dengan posisi kaki mengangkang ke atas dan posisi kepala menengadah. Singa berdiri di atas lapik setebal 8 cm dengan posisi kaki depan lurus
sedangkan kaki belakang ditekuk ke depan. Ekor singa menempel ke bagian atas punggung.
s) Fragmen arca singa
                Arca terbuat dari batu putih, bagian kepala sampai dengan leher sudah hilang, singa dalam posisi berdiri, di bagian dada masih terlihat surai. Ukuran arca tinggi 34, panjang 30 dan lebar 25 cm. Arca disimpan di werk-ket Biaro Si Pamutung.

t) Arca kepala buaya
               Pada saat Satyawati Suleiman melakukan penelitian di Biaro Si Pamutung, terdapat 2 arca kepala buaya dari batu (Suleiman 1976: 20). Saat ini arca kepala buaya tersebut tinggal satu, disimpan di Museum Sumatera Utara. Fragmen kepala buaya digambarkan mulutnya menganga, rahang atas dan rahang bawah terdiri dari dua batu. Arca dibuat dari dua lempeng batu bagian rahang atas dan rahang bawah. Arca buaya digambarkan mempunyai kumis, hidungnya seperti hidung manusia dan pada pipinya terdapat tonjolan-tonjolan sebagai penggambaran kulit buaya yang kasar. Kumis buaya digambarkan dalam hiasan sulur-suluran dan pada rahang atas terlihat gigi-giginya.


u) Fragmen bagian atas Stambha 1
                 Fragmen bagian atas stambha terbuat dari batu putih berukuran tinggi 39 cm, 
diameter atas 45 cm, diameter bawah 18 cm, dan diameter tengah 34 cm. Fragmen tersebut berbentuk bulat lonjong, bagian bawah dan atas lebih kecil dibandingkan bagian tengahnya.

v) Fragmen bagian atas Stambha 2
          Fragmen bagian atas stambha terbuat dari batu putih terdiri dari dua batu yang ditangkupkan, berukuran tinggi 56 cm, diameter bagian atas 19 cm, diameter tengah 19 cm, dan diameter bawah 21 cm. Berbentuk bulat lonjong semakin ke atas semakin kecil,.
pada bagian bawah terdapat batu yang menonjol sebagai pasak berukuran panjang 11 cm dan diameter 14 cm.
 
w) Umpak berhias padma
                  Umpak berbentuk segi empat agak membulat, bagian bawah lebar dan
bagian atasnya mengecil. Pada sisi-sisinya berhias kelopak padma. Ukuran lapik panjang 54 cm, lebar 44 cm dan tinggi 28 cm. Di bagian atas terdapat lubang dengan ukuran panjang 13 cm, lebar 12 cm, dan kedalaman 26 cm.


Sumber (dengan perubahan):
Kepurbakalaan Padang Tinjauan Literatur




Tidak ada komentar: